Tuesday, November 9, 2010

Tentang perasaan

Sebenarnya saya sedikit geli menulis tulisan ini tapi saya ingin menulisnya.
Jadi kalian boleh tersenyum, atau bahkan tertawa

Mengingat-ingat kejadian masa silam, sebuah perasaan yang muncul begitu saja,
atau tidak sebenarnya. Seorang kawan membuat saya menumbuhkan perasaan itu, padahal dia bilang jangan.
Dan dengan dalih apapun saya selalu menolak, menganggap ini masih pake otak, dan aku tidak akan terlena.
Sahabat saya mengatakan ini fitrah seorang manusia, fitrah seorang perempuan.
Selalu saya katakan kepada diri saya sendiri bahwa saya bisa mengendalikannya.

Masa itu berbagai emosi sering muncul silih berganti, dan saya masih mengatakan bahwa saya masih menggunakan akal sehat saya. Saya dan perasaan itu hidup berdampingan secara damai, tanpa ada perlawanan yang berarti. Sampai pernah saya berharap dapat memiliki perasaan itu selamanya (meskipun sekarang masih berharap sih hehe). Tapi saya percaya pada Tuhan, Dia akan memberi saya yang terbaik. Amiiiin. Jadi saya tidak terlalu merisaukannya.

Tapi suatu ketika sebuah 'pernyataan' membuat saya sadar bahwa saya harus menghentikan perasaan ini agar tidak terus mengalir. Dan entah berhasil atau tidak, meskipun harapan itu masih ada, tapi saya benar-benar dan benar tidak merisaukannya. Itulah sebabnya saya bisa menilai bagaimana perasaan dimasa lalu tersebut dengan otak kiriku (tetep keukeuh pake otak).

Meskipun begitu saya senang pernah merasakannya, dan saat-saat itu ingin saya kenang lagi pagi ini.

NB: kalo orangnya ngebaca, ngerasa gak yah
ah bodo amat, nu penting mah pagi ini saya menulis lagi

1 comment:

  1. jieee .. aku aku ... tumben .. Kirain dah cinta' bgt ama kta urang2an .. wekeke .. Yg jelas rasa ga prnh bohng .. (kyo iklan)

    ReplyDelete