Friday, March 16, 2012

Prakata 'budidaya uang'

Sebagai anak pertanian tentu saya belajar bagaimana memilih benih tanaman yang baik, bagaimana membudidayakannya, memanen dan menikmatinya (kata terakhir ini tentu saja sebagai manusia).

Diskusi singkat ini terjadi antara saya dan seorang teman berlatar belakang ilmu ekonomi akuntansi. Karena kami baru bertemu lagi setelah sekian tahun, tentu saja kita saling menanyakan 'kuliah dimana??' dan dengan bangga saya menjawab: "pertanian", dan ia pun menimpali dengan :"saya juga pertanian uang"

Jawaban yang sungguh memancing untuk diskusi, tentu saja. Kami memperbincangkan tentang budidaya uang, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Menurutnya uang itu bisa dibudidayakan di bank, karena melalui deposito atau invesatasi tunas-tunas uang itu tumbuh. Tapi apakah kita dapat mengetahui dengan pasti bagaimana uang2 itu tumbuh??? kalo tumbuh nya karena dipupuk dg unsur2 yg haram gmn?, misalnya pihak bank menginvestasikan uang kita untuk membangun pusat perjudian (yah.. sebagai umat islam yang saya tahu itu haram heu..). Dan menurutnya bank nya harus syariah, karna itu lebih aman. Karena saya kurang menguasai tentang perbankan akhirnya saya menyimpulkan menurut apa yang saya ketahui (tentu saja dengan segala keterbatasan).

Bahwa "karena kurang begitu mengerti tentang perbankan, saya lebih memilih yang jelas-jelas aja,,, langsung di investasikan untuk tanah (lahan), emas, rumah/properti misalnya, atau lebih bagus lagi untuk modal usaha, itu kn lebih jelas.

NB: tulisan ini akan disempurnakan kembali nanti jika penulis sudah cukup ilmunya.

Saturday, March 10, 2012

Feeling

Rasa adalah suatu hal yang abstrak, i think
Banyak kata yang digunakan, banyak gambar yang menjadi simbol
Dengan kata yang sama, setiap orang mendefinisikannya berbeda, mempunyai tolak ukur yang berbeda
Dan sialnya saat ini saya hampir tidak bisa mengukur seberapa dan seperti apakah sebuah rasa itu menjadi suatu makna, menjadi satu kata yang akan dapat mudah dimengerti orang lain

Friday, March 9, 2012

the point of view

Terkadang ada beberapa tujuan dalam hidup kita yang kadang tidak dimengerti oleh orang lain. Seperti kebanyakan sebut saja misalnya para pegiat alam bebas, yang mungkin dipandang sebelah mata oleh beberapa orang. Tapi mereka punya tujuan tersendiri, tentu dengan tujuan berbeda-beda, seperti halnya oranglain yang menganggap mereka berbeda. Mereka pun memiliki rasa yang berbeda, kebahagiaan yang berbeda, atau ketentraman yang berbeda. Berbeda pemantiknya, berbeda bahan bakarnya. Meskipun hasilnya sama sebuah cahaya, sebuah sinar yang memberikan ketenangan, kehangatan, dan ketentraman.

Thursday, March 8, 2012

hedo N isme

Kata hedonisme saya kenal saat saya masuk SMA, kata itu saya kenal dari sebuah buku kecil milik kakak saya. 'Ooo' begitulah komentar saya kala itu, dan saya mulai membencinya. Membenci dan membuang jauh-jauh kata dan definisi nya agar tidak melekat dalam diri saya. 

Semakin saya membencinya, dan melabeli orang-orang yang saya anggap sesuai dengan definisi tersebut dengan kata hedonis, maka kemudian semakin kaburlah arti kata itu dalam kehidupan saya. Karna akhirnya saya terfokus pada orang lain, bukan pada diri saya sendiri. Tanpa sadar sebenarnya saya sedang memperolok diri sendiri. Dengan kesenangan saya, dengan kebebasan saya, dengan hobi dan semua tingkah polah saya, sebenarnya saya turut masuk sebagai orang-orang yang saya sebut hedonis. 

Apa bedanya saya dengan mereka, toh mereka menjalani apa yang mereka sukai dan senangi, dan saya pun demikian. Mungkin saya tidak menyenangi apa yang mereka sukai, dan mungkin mereka pun tidak menyenangi apa yang saya sukai, dan bisa saja kan mereka menyebut saya hedonis. Jadi bagi saya sekarang cukup lah saya mengetahui semua kata yang dibuat dan didefinisikan oleh manusia, dan bagi saya tidaklah menguntungkan melabeli seseorang dengan predikat buruk. Lebih baik jika kita membenahi diri kita sendiri, dan mengajak orang lain untuk memperbaiki dirinya (yah,,,, apapun yang menurut mereka baik). Terlebih jika kebaikan itu bersumber dan berdasar dari Mu y Rabb.

NB: hanya sebuah potongan kecil dari sebuah pemikiran (yang terinspirasi dari seorang teman)

Wednesday, March 7, 2012

sebuah obrolan warung kopi

Suatu ketika saya berdiskusi dengan seorang teman tentang lingkungan, tentang kehidupan sosial, politik, kemiskinan dan bahkan tentang kapitalisme. Saya cukup terkesan dengan nya, seseorang dengan pemikirannya yg bebas dan berkehidupan bebas berbicara tentang capitalism, hedonism. Dimana hal tersebut biasanya saya didiskusikan dengan anak-anak masjid (hee). 

Tapi dia peduli tentang semua itu. Tentang bagaimana alam kita di eksploitasi segelintir orang dengan keuntungan yang 1000 kali lipat lebih besar dari kita yang tinggal di negeri ini. Dimana seharusnya kitalah yang berhak menikmatinya. Yah perekonomian Indonesia ini 80 % dipegang oleh 20 % orang, dan 20 % nya dipegang oleh 80 % rakyat Indonesia termasuk kita. Sebut saja Ciputra, Abu Rizal Bakrie, bahkan kekuatan asing dan beberapa orang dengan kekayaan 1000 kali kekayaan kita. 

Dan mengapa negeri sekaya ini masih menyimpan gelandangan dan orang-orang miskin. Serta mengapa para penguasa dan kita masih membudidayakan mereka untuk tetap miskin dengan membiarkan mereka tetap menjadi pemalas. 

Mungkin kita kasihan, mungkin kita tersentuh, mungkin kita berniat beramal. Saya yakin semua orang pada dasarnya ingin menolong mereka yang miskin. Apakah dengan cara memberi uang tunai dengan cuma-cuma, memberikan beras miskin (raskin), memberikan tunjangan orang miskin akan mampu memperbaiki kehidupan mereka dimasa mendatang??