Friday, January 15, 2010

Lalu

Sulit bagiku untuk mengingat kejadian beberapa waktu lalu dengan tanpa rasa bersalah,

Aku pergi bersama seorang kawan, perjalanan itu di mulai setelah perjalanan wajibku terhadap organisasi, dan entah kenapa tak ada yang mau bergabung.

Semeru, sebuah keindahan yang diciptakan oleh Allah,
dengan Mahameru sebagai puncak para Dewa.

Waktu itu adalah kali kedua aku menginjakkan kaki di persemayaman para dewa, udaranya membuat dadaku sesak,
sesak oleh semangat untuk menapaki watujajar,
ranukumbolo, oro-oro ombo, kalimati dan akhirnya sampai di puncak legenda para dewa.

Kali ini pasir yang belum sempat kusentuh itu
akan kucumbu dipuncak abadi.
Aku akan berada disana
bersama kawanku itu

Tapi keadaan menjadi lain, aku terlalu pengecut untuk mengambil resiko.
Lama aku bersembunyi dibalik alasan-alasan logis tentang safety procedure.
Dan itu membuatku semakin merasa bersalah.
Aku telah mengecewakan seorang teman, atas harapan, atas mimpinya.

Dan kini aku semakin merasa sesak bukan oleh semangat yang dulu
tapi oleh rasa bersalahku.
Kini, aku hanya bisa bergerak untuk tidak lagi mengecawakan diriku
dan orang-orang sekitarku

Mahameru masih menjadi misteri untukku.