Thursday, September 17, 2009

Dalam Ketidakberdayaan Perempuan, Tersimpan Sebuah Kekuatan.

Dalam Ketidakberdayaan Perempuan, Tersimpan Sebuah Kekuatan. Kata-kata itu menarik langkahku kembali pada buku yang berjudul Madame Kalinyamat, disebuah toko buku di kawasan kampusku.

Sebuah kalimat yang mengusik pikiranku untuk mengetahui apa yang tersimpan dalam novel tersebut. Beberapa buku tentang novel epos yang berjajar disebelahnya, cukup membuatku bimbang untuk menentukan buku yang akan aku ambil. Cukup menarik sebenarnya buku berjudul……… Akan tetapi keadaan kantong yang hanya berisi lima puluh ribu rupiah, membuatku akhirnya menjatuhkan pada Madame Kalinyamat.

Seperti layaknya sebuah novel kalimat demi kalimatnya mampu membiusku kembali pada masa yang ia sajikan, Kerajaan Demak.

Kalimat Pertamanya, “Ia seorang perempuan yang mengagumkan”, membuatku semakin ingin tahu siapakah perempuan yang dimaksud. Lembar demi lembar terlewati, waktu dua hari yang seharusnya aku gunakan untuk membuat laporan perjalanan yang memang harus segera dirampungkan, aku khianati karena terbius cerita dalam novel tersebut.

Setelah kututup buku tersebut, satu kalimat terucap “tidak sepakat dengan kalimat yang membuat aku membeli novel tersebut”.

Madame Kalinyamat adalah seorang putri yang dipersunting pangeran dari Jepara. Kakaknya adalah Raja Demak, yang mencakup kadipaten Jipang dan Pajang. Kematian orang-orang yang dicintainya membuat ia mengeluarkan sumpah akan berpuasa tanpa busana sampai menyaksikan orang yang membunuh kakak dan suaminya tersebut mati. Arya Penangsang, seorang adipati yang menguasai wilayah Jipang adalah orang yang merengut separuh hidupnya.

Menyepi di sebuah bukit bernama Gunung Danaraja bersama para dayang-dayangnya, sampai akhirnya datanglah ……., seorang Adipati Pajang yang membuat ia punya harapan besar untuk mengakhiri sumpahnya.

Sumpah itu menumbuhkan keberanian Dandang Gulo, seorang prajurit Pajang menghadang Arya penangsang sendirian demi perempuan yang dicintainya Madame Kalinyamat. Dan sumpah itu mampu menggerakkan pasukan Pajang untuk menghadapi Arya Penangsang. Dan seorang bocah, anak angkat Adipati Pajang yang kemampuanya jauh dibawah Arya Penangsang, bahkan yang sebelumnya mendengar namanya saja membuat lututnya bergetar, mampu mengangkat tombaknya menghadapi kesaktian keris Arya Penangsang. Bahkan sampai menewaskan Arya Penangsang.

Dan karena perempuan itu, karena sumpahnya, sebuah sejarah besar lahir. Sejarah yang melahirkan kerajaan besar di tanah Jawa, “Mataram”.

Okey, memang sumpah itu mengukir sejarah besar, menumbuhkan keberanian luar biasa beberapa orang. Dan perempuan itu mampu menumbuhkan kesetiaan luar biasa pada dayang-dayangnya. Tapi who is she??? Dia seorang ratu sebuah kerajaan besar. Dan amat sangat wajar ketika kesedihan bertubi-tubi menghampirinya, kemudian melahirkan sumpah tersebut, dan akhirnya banyak orang yang mendengarnya dan mempedulikannya. Dia seorang ratu sebuah kerajaan besar. Bahkan dalamsumpahnya ia berjanji akan memberikan semua hartanya kepada orang yang mampu membawakan penggalan Arya Penangsang ke pesanggrahannya.

Dalam Ketidakberdayaan Perempuan, Tersimpan Sebuah Kekuatan, hmm Luar Biasa. Tapi bukan kekuatan dia. Tetap dia hanya seorang perempuan yang sangat merasa terpukul atas kematian orang-orang yang dicintainya.

Okey, aku cukup salut padanya yang mampu membuat sumpah untuk melakukan puasa tanpa busana disebuah gunung yang pasti disana dingin, dan dia mampu bertahan. But she stay there, just wait.

Semua kejadian yang melahirkan sejarah besar itu dijalani oleh orang lain, karena sumpahnya memang, dan dia adalah seorang Ratu. Ketidakberdayaan dia memang menyimpan kekuatan, tapi bukan kekuatan dia. Aku lebih suka mengatakan bahwa dia mampu mengangkat kekuatan yang tersimpan dari para lelaki dan dayang-dayangnya. Dan perlu digaris bawahi bahwa dia adalah seorang ratu.

Tapi that’s all buku itu keren.

TanpaTujuan, Tanpa Rencana, Tanpa Harapan

Kata Om Bob,” Kata ilmu manajemen,setiap orang dan organisasi harus menentukan sebuah tujuan sebelum melangkah dan bertindak. Saya bilang itu nonsense. Kenapa kita harus dibelenggu dengan tujuan. Kenapa orang harus dibatasi oleh tujuan. Dengan adanya tujuan, maka seseorang hanya tertuju pada satu titik yang namanya tujuan tersebut. Dia tidak akan berusaha untuk mendapatkan hasil, yang melebihi titik tujuan itu. Padahal, potensi setiap orang sangat mungkin bisa melampaui titik itu”.

Okey, itu Om Bob, dan aku tidak sepakat. Ketika Om Bob bilang pada saat kita menuju Surabaya dan ditengah jalan bertemu dengan kota jogja yang eksotis, Om Bob memilih untuk tinggal disana. Jadi untuk apa punya tujuan padahal kita bisa menjadi dan mendapatkan yang lebih dari tujuan. Tapi tahukah Om Bob, aku mengatakan bahwa Om Bob tidak akan bisa sampai ke Jogja, ketika om Bob sebelumnya tidak berniat ke Surabaya. Aku lebih suka mengatakan bahwa tujuanku adalah ke langit tingkat tujuh, hingga akhirnya aku bisa berada pada lantai ke 167, dan bisa menyaksikan keindahan city light Daripada aku tidak pernah punya tujuan dan aku tidak akan pernah sampai di lantai 47,bahkan mungkin aku tidak akan pernah sampai ke Jogja ketika aku tidak pernah berniat ke Surabaya

Kata Om Bob, “Rencana adalah racun. Hanya orang goblok yang bikin rencana matang, persiapan lama, terus pake rencana cadangan lagi. Kalau sudah punya rencana matang, ngapain punya rencana cadangan. Sebenarnya, alternatif dalam hidup ini mengalir apa adanya tanpa harus dituangkan dalam rencana. Dalam hidup ini semua sudah direncanakan dengan baik oleh The Master Planner”.
Memang, dan itu menurut Om Bob.

Ze said, Om Bob benar The Master Planner adalah Tuhan. Om Bob boleh mengatakan untuk apa punya rencana jika ada yang lebih berhak membuat rencana, toh rencana Dia pasti terlaksana. Tapi Om Bob, buat zE ketika kita tidak pernah merencanakan akan melakukan apa saja ketika kita menikah kelak, akan seperti apa rumah tangga yang akan kita bangun, akan dibawa kemana keluarga kita nanti. Maka pada saat kita dihadapkan pada sebuah ikatan pernikahan, ketika tuhan telah menitipkan beberapa tanggung jawab, maka kita akan tergagap-gagap menjalani itu semua.

Atau bagi zE, sebelum pergi bebelanja, maka zE harus punya beberapa catatan barang yang akan dibeli, dan sebelumnya bahkan zE harus tahu, merek apa yang akan dibeli dan kualitasnya tentu saja. Karena jika tidak, mungkin aku akan terombang-ambing oleh para SPG yang memberi promo.

Jadi rencana bagi seorang zenny adalah tolok ukur seberapa jauh kesiapan kita menghadapi suatu kejadian, toh rahasia Tuhan siapa yang tahu, tetap Dia yang menetukan. Dan Dia melihat seberapa besar kesiapan hambaNya menghadapi ketentuanNya. Lagipula ketika ternyata rencana Tuhan yang ditakdirkan untuk kita jauh diluar bayangan kita, disitulah kita harus bisa membuktikan bahwa kita diciptakan Tuhan untuk bisa survive. Dan Dia punya seribu rencana

Buat Om Bob, “Harapan justru membuat orang terlihat makin goblok. Betapa tidak… mereka tahu bahwa sebagian besar harapannya tidak pernah terwujud 100 persen, tapi tetap saja terus mengharap. Bukankah itu goblok namanya? Sudah tahu tidah bakal terwujud, masih terus berharap.

Dan aku adalah orang yang selalu berharap, berharap yang terbaik dari Allah SWT, my Lord. Hanya kepadaNya aku berharap.

Om Bob bebas berprinsip seperti apa, bagus sih, jelas. Bahkan mungkin aku tidak punya prinsip, entahlah, tapi yang jelas Om Bob boleh berpendapat apapun dan aku berhak berpendapat apapun juga. Toh seperti Om Bob katakan hidup ini terdiri dari tiga tahap.

Tahap pertama adalah lingkaran yang terbagi dua oleh dua garis dan masing-masing bagian berwarna hitam dan putih.

Sedangkan lingkaran kedua, tidak ada lagi hitam dan putih. Dimana hidup ini menjadi abu-abu, ternyata yang salah bisa jadi benar dan yang benar bisa juga salah.

Dan fase terakhir berupa lingkaran kosong, tanpa hitam dan putih, dan tanpa garis pemisah. Itu berarti hidup ini telah sepenuhnya diserahkan kepada Sang Pencipta, total surrender. Hidup dengan penuh keikhlasan tanpa ada lagi keinginan dan harapan. Tidak ada lagi yang dicari dalam hidup ini, apalagi hanya sekedar materi.

Aku lebih suka menyebutnya sebagai hidup yang hanya didedikasikan untuk Tuhan.

Tapi apapun Om Bob, Bob Sadino emang keren. Mengalir seperti air, menjadi orang besar, seorang pengusaha sukses. Tapi Om Bob, setiap orang punya cara masing-masing untuk menjadi besar, untuk sukses, ataupun untuk menjadi keren.

Apapun Om Bob terima kasih telah membuatku makin mencintai Tuhan, entahlah mencintai atau apapun, tapi yang jelas membuatku makin berterimakasih pada Tuhan telah ditakdirkan sebagai seorang Zenny, dan terus berusaha untuk menjadi Zenny yang diridhoi Allah, amiin.

Maha benar Allah dengan segala firmanNya

BEBAS DAN MENCINTAI

Semua orang pernah mengalami kebahagiaan, kesedihan, maupun kekecewaan.
Dan semua rasa itu muncul karena suatu kejadian. Kejadian yang entah bagaimana setiap orang menginterpretasikannya. Saat terjatuh ketika sedang belajar bersepeda, ada yang merasa sakit, kemudian meletakkan sepedanya dan berlari kepangkuan ibunda tercinta. Ada yang menyumpah-nyumpahi sepedanya. Ada pula yang menyalahkan kerikil yang membuat dia terjatuh. Dan yang kembali bangkit, untuk mulai mengayuh dan kembali terjatuh dengan lebih siap. Lalu ada yang merasa bersyukur karena Sang Pencipta masih memberikan kepekaan terhadap rasa sakit itu, yang membuat dia lebih hati-hati.

Begitu juga dengan manusia, kita menyikapi setiap kejadian dengan cara yang berbeda, dengan rasa yang berbeda. Dan semua itu adalah pilihan. Pilihan yang timbul karena pengalaman yang menjadi sebuah pelajaran sehingga melahirkan keputusan.

Akan tetapi kadang untuk beberapa manusia keputusan untuk menyikapi sesuatu ataupun untuk merasakan sesuatu saja ada ketakutan. Takut disalahkan, takut dilarang, takut dicemooh, ataupun takut terjadi kegagalan terhadap keputusan yang telah diambil
Hidup ini adalah rahasia Penguasa Alam Semesta. Terlalu banyak hal yang tidak kita ketahui. Jalani saja hidup ini, lakukan apa yang menurut hati nurani pantas dilakukan.

Nikmati hidup ini, nikmati segala ciptaan yang telah diciptakan oleh Sang Pencipta. Alam, rasa, dan takdir yang telah digariskan oleh The Master Planner. Nikmati setiap kejadian, syukuri apa yang Tuhan berikan. Hidup ini proses, jalani dengan segenap pembelajaran untuk terus melangkah seirama dengan hembusan angin. Bebaskan pikiranmu karena hanya Dia yang tahu apa yang selanjutnya akan terjadi dalam hidup kita. Dan kebenaran hanya milik Dia, Sang Maha Mengetahui. Jadi tetap cintai anugerah kehidupan yang telah diberikan oleh Tuhan dengan kebebasan hati nurani.

Monday, September 14, 2009

Dieng dan Segala Keunikannya




Dataran Tinggi Dieng, desa yang diciptakan Tuhan dengan sejuta pesona dan keunikan. Sinar matahari kemerah-merahan yang biasa disebut golden sunrise bisa dinikmati sebelum memasuki Dieng. Dan tepat di pintu masuk kompleks Candi Pandawa Lima dapat disaksikan matahari terbit berwarna keperakan yang dihasilkan oleh pantulan kabut terhadap sinar matahari yang terlihat mengambang diatas kompleks Candi Pandawa Lima dan sekitarnya, orang biasa menyebutnya silver sunrise.

Belum lagi kontur yang berbukit-bukit menempatkan desa-desa di Dataran Tinggi Dieng pada lembahan-lembahan yang tertata apik. Keindahan alam lain yang disajikan di Dieng adalah Kawah Sikidang, yang merupakan gejala alam pasca vulcanis yang menarik. Kepundannya berisi air panas yang mendidih terus menerus, disertai lumpur berwarna keruh dan tak henti menyemburkan asap berwarna putih dengan aroma khas belerang yang kadang menusuk hidung.

Salah satu danau yang terkenal dengan keindahan warnanya adalah Telaga Warna yang terletak di Desa Dieng Wetan. Kata Mbah Rosmanto, yang merupakan juru kunci Goa Semar, dulu danau itu akan memantulkan warna putih, kuning, dan hijau pada permukaan air telaga. Warna itu akan terlihat jelas ketika matahari sedang terik-teriknya. Meskipun sekarang hanya bisa dilihat berwarna putih kehijauan, tapi dia terlihat menyejukkan mata dengan adanya bukit-bukit kecil yang mengelilinginya.

Selain Telaga Warna dan Kawah Sikidang, di Dataran Tinggi Dieng tersebar beberapa tempat wisata dari candi, danau atau telaga, sampai air terjun. Diantaranya adalah mata air sungai Serayu yaitu Tuk Bimo Lukar, Telaga Pengilon yang berada tepat disamping Telaga Warna, dan Goa Semar, Goa Sumur, serta Goa Jaran yang masih berada dikompleks Telaga tersebut. Tempat wisata lainnya adalah Telaga Merdada, Telaga Cebong, air terjun Sikarim, Candi Pandawa Lima, Candi Gatotkaca, Candi Bima dan beberapa tempat indah lainnya, yang menurut penulis semua sudut di Dieng menampilkan keindahan tersendiri.

Dataran Tinggi Dieng mencakup 13 Desa yang termasuk dalam wilayah kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Diantaranya adalah Desa Sikunang dan Dieng Wetan yang termasuk dalam wilayah kabupaten Wonosobo. Ada keunikan lain yang mungkin hanya terdapat di Dataran Tinggi Dieng. Keunikan yang oleh Sang Pencipta ditakdirkan untuk berada disana. Keunikan yang entah sejak kapan telah ada, dan tetap ada hingga saat ini. Keunikan tersebut adalah adanya anak-anak berambut gimbal, termasuk didua desa tersebut.

Bukan tidak pernah dirawat, bukan pula sengaja dibuat gimbal seperti pengikut Bob Marley, tapi rambut mereka tumbuh secara alami. Anak-anak balita sampai berumur tujuh tahun tersebut mengalami demam tinggi ketika rambut gimbal mereka tumbuh. Menurut penuturan orang tua Nafi (6 tahun), seorang anak berambut gimbal di Desa Sikunang, Nafi mengalami demam, dan rambutnya berubah menjadi lepek, sebelum akhirnya keesokan harinya telah ada rambut gimbal yang tumbuh dikepalanya.
Ada perbedaan kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat Desa Dieng Wetan dan Desa Sikunang terkait keberadaan anak berambut gimbal. Perbedaan tersebut mencakup masalah asal usul adanya anak berambut gimbal sampai proses ruwatan. Ruwatan adalah proses pencukuran rambut untuk menghilangkan rambut gimbal. Masyarakat Dieng percaya jika ruwatan itu dilakukan sesuai dengan tuntunan, maka rambut gimbal tersebut tidak akan tumbuh kembali.

Dari hasil wawancara dengan pemuka adat Desa Dieng Wetan, Mbah Rosmanto, yang juga merupakan juru kunci Goa Semar, anak berambut gimbal yang ada di Dataran Tinggi Dieng konon merupakan titipan dari Nyi Roro Kidul kepada Kyai Tumenggung Kaladete. Kyai Tumenggung Kaladete merupakan senopati yang berasal dari Yogyakarta. Kyai Tumenggung Kaladete tersebut merupakan orang yang pertama kali melakukan babat alas di Dataran Tinggi Dieng.

Sedangkan di Desa Sikunang yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam, tidak meyakini adanya cerita seperti yang dipaparkan oleh sang pemuka adat Desa Dieng Wetan, Mbah Rosmanto. Meskipun rata-rata masyarakat desa tahu tentang asal-usul anak berambut gimbal seperti yang dipaparkan Mbah Rosmanto, tapi mereka tidak meyakininya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pemuka agama, Slamet (25 tahun), masyarakat percaya bahwa terjadinya rambut gimbal adalah karena faktor keturunan namun hal ini belum pernah dibuktikan secara ilmiah. Menurut Slamet, masyarakat Desa Sikunang percaya bahwa keturunan rambut gimbal tersebut berasal dari leluhur mereka yang pertama kali melakukan babat alas, akan tetapi bukan Kyai Tumenggung Kaladete seperti yang dikatakan Mbah Rosmanto.

Beda kepercayaan terhadap asal-usul beda pula proses ruwatannya. Proses ruwatan yang dilakukan di Dieng Wetan diawali dengan memandikan anak berambut gimbal di Goa Sumur yang terletak dikompleks Telaga Warna. Kemudian dilakukan pemotongan rambut gimbal oleh Pemuka Adat di Batu Tulis yang juga masih berada di kompleks Telaga Warna. Dan proses yang terakhir adalah pelarungan rambut gimbal di Telaga Warna.

Sebelum proses ruwatan, ada beberapa tempat yang harus dikunjungi oleh sang Pemuka Adat. Tempat-tempat yang harus dikunjungi tersebut meliputi, Gunung Bisma, Gunung Kendil, Gunung Pakuwaja, Gunung Perahu, Sumber Mata Air Tuk Bimo Lukar, Sitinggil, Pertapaan Mandalasari Gua Semar, Gua Sumur, Gua Jaran, Batu Tulis, Pesanggrahan Bumi Pertolo, Telaga Warna, dan berakhir di Telaga Pengilon. Tujuan juru kunci mengunjungi tempat-tempat tersebut adalah untuk meminta ijin kepada penunggu tempat tersebut untuk mengadakan ruwatan. Menurut Mbah Rosmanto penunggu tempat tersebut merupakan makhluk yang hidup dijaman Kyai Tumenggung Kaladete.

Proses ruwatan di Desa Dieng Wetan seperti yang sempat disinggung sebelumnya berbeda dengan Desa Sikunang. Proses ruwatan di Desa Sikunang diawali dengan pembacaan Tawasul, kemudian pembacaan Shalawat, yang di ikuti dengan proses pencukuran. Proses pencukuran di ikuti oleh semua undangan yang hadir diacara tersebut. Satu persatu dari mereka ikut mencukur sedikit rambut gimbal sang anak. Kemudian diletakkan kedalam baskom yang berisi uang, telur dan bunga-bungaan.

Setelah proses pencukuran yang diikuti oleh Shalawat, undangan dipersilahkan untuk menyantap makanan yang disajikan. Proses terakhir adalah pelarungan rambut gimbal ke Kali Tulis, yang terletak di perbatasan Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Proses pelarungan tersebut dilakukan secara terpisah dan sendiri oleh orangtua anak berambut gimbal.

Akan tetapi tidak semua masyarakat Desa Sikunang melakukan upacara ruwatan seperti diatas. Upacara ruwatan seperti diatas disesuaikan dengan kondisi ekonomi masing-masing. Bahkan Bp. Yaskur tidak melakukan upacara ruwatan. Setelah anaknya, Firman(8 tahun) mengajukan permintaan berupa mainan anak dan seekor ayam, dia langsung memenuhinya dan kemudian mencukurnya di tempat potong rambut yang terletak di kota Wonosobo.

Ruwatan atau cukuran tidak bisa dilakukan secara sembarangan, baik di Desa Sikunang maupun Desa Dieng Wetan. Jika ingin ruwatan atau cukuran anak berambut gimbal berhasil dan rambut gimbalnya tidak tumbuh lagi, permintaan anak berambut gimbal sebagai syarat ruwatan harus dipenuhi.
Permintaan mereka bermacam-macam, mulai dari mainan anak-anak, binatang ternak, sampai segelas kutu. Jika permintaan sang anak tidak dipenuhi, rambut gimbal akan tumbuh kembali.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bp. Yaskur dan Bp. Abdul Hamid yang berasal dari Desa Sikunang, perlakuan masyarakat terhadap anak gimbal sama saja seperti perlakuan mereka kepada anak yang berambut normal. Masyarakat tidak membedakan mereka karena berambut gimbal atau normal tapi pada sifat anak-anak itu. Anak gimbal ada yang nakal, manja, egois adapula yang baik dan penurut.

Akan tetapi memang sebelum rambut gimbal tersebut dipotong, orangtua anak berambut gimbal cenderung selalu memenuhi permintaan sang anak. Dan sebisa mungkin tidak menyakiti anak berambut gimbal.

Jika di Desa Dieng Wetan percaya bahwa anak tersebut memiliki penjaga Khusus yang dikirim Nyi Roro Kidul, sehingga keinginan sang anak selalu dipenuhi. Lain halnya dengan Desa Sikunang, mereka selalu memenuhi keinginan sang anak karena merasa kasihan melihat anaknya merengek-rengek. Namun, setelah rambut gimbal dipotong, perlakuan orangtua di dua desa tersebut terhadap sang anak menjadi sama dengan lainnya.

Pandangan mengenai ruwatan pun tak lepas dari kontroversi. Ibu Djuariah yang merupakan warga Desa Sikunang memandang ruwatan dengan cara berbeda. Ibu Djuariah ingin meruwat atau mencukur anak gimbal karena kasihan melihat sang anak kucel dan terlihat tidak terurus dengan rambut gimbal yang acak-acakan. Tapi pendapat berbeda diutarakan Bapak Yaskur yang enggan mencukur rambut gimbal anaknya yang terlihat bagus dan rapih. Bapak Yaskur memutuskan mencukur rambut Firman karena anak tersebut memaksa untuk dicukur.

Sekarang, menurut Bp. Sukron, seorang perangkat desa, populasi anak berambut gimbal cenderung berkurang. Hal ini mungkin saja benar bahwa anak berambut gimbal ada karena faktor keturunan. Jika pasangan suami istri dulunya sama-sama berambut gimbal, keturunannya kemungkinan besar mempunyai rambut gimbal seperti halnya pasangan Abdul Hamid dan Djuariah. Namun, sekarang masyarakat Dieng telah memiliki akses luas ke luar daerah Dieng sehingga banyak perikahan antar daerah, sehingga memperkecil peluang lahirnya anak berambut gimbal.

Bagaimanapun sejarah asal mula adanya anak berambut gimbal di Desa Dieng Wetan maupun Desa Sikunang, pada intinya mereka percaya bahwa sifat rambut gimbal tersebut merupakan keturunan. Sehingga rambut gimbal tersebut tidak dapat ditolak atau diminta. Dan mau tidak mau mereka harus memperlakukan anak tersebut dengan baik.

Mungkin itulah yang dimaksud Mbah Rosmanto, yang mengatakan bahwa mereka merupakan anugrah. Karena memang sudah seharusnya setiap orangtua memperlakukan anaknya dengan baik. Dan sebenarnya yang membedakan perlakuan masyarakat Dieng terhadap anak-anak disana bukan karena rambut gimbalnya, tetapi lebih karena sifat-sifat mereka.

Dan pada proses ruwatan yang mereka lakukan, meskipun ada perbedaan, tapi masyarakat di dua desa tersebut sama-sama melakukan pencukuran terhadap rambut gimbal. Hal ini mengindikasikan adanya kecenderungan untuk menyebut ruwatan atau cukuran ini sebagai perwujudan kasih sayang orang tua kepada anaknya yang merupakan anugrah dari Sang Pencipta, Allah SWT. Seperti dikatakan Ibu Djuariah yang ingin mencukur rambut anaknya karena tidak mau anaknya terlihat kucel.

Jadi adanya anak berambut gimbal di Desa Sikunang atau Desa Dieng Wetan maupun di dataran Tinggi Dieng pada umumnya, bukan karena mereka tidak mempedulikan kebersihan dan kesehatan sehingga membiarkan anak-anak mereka berambut gimbal.

Akan tetapi adanya anak berambut gimbal tersebut adalah lebih karena adanya keunikan yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa, yang harus dirawat dan diperlakukan sebagaimana mestinya.

Betapa kebesaran Sang Maha Pencipta mampu menciptakan Dataran Tinggi Dieng dengan keindahan alamnya dan dan keunikannya dengan adanya anak-anak berambut gimbal. Dan betapa hanya Tuhan Yang Maha Mengetahui, mengapa sang anak akan sakit ketika rambut gimbalnya tumbuh, dan akan sakit pula jika permintaan sebagai syarat ruwatan tidak dipenuhi, serta rambutnya yang tidak lagi tumbuh gimbal setelah proses ruwatan. Atau mungkin Tuhan akan menunjukkan jawabanya lewat ilmu pengetahuan yang harus terus kita gali.

Maha Besar Allah SWT dengan segala ciptaannya.